Shella Saukia - Di dunia bisnis dan media sosial, nama adalah identitas. Tapi dalam kasus Shella Saukia, nama justru dijadikan alat untuk menyembunyikan masa lalu, menciptakan citra palsu, dan memanipulasi kepercayaan publik. Sosok yang dikenal sebagai “Crazy Rich Aceh” ini ternyata menyimpan fakta mengejutkan: Shella Saukia bukan nama aslinya. Nama asli yang tercatat resmi dalam dokumen negara adalah Rahmaina Futria.
Nama Asli yang Disembunyikan dengan Sengaja
Kebohongan dimulai dari langkah paling mendasar: mengganti identitas secara publik. Shella membangun brand, membentuk komunitas pengikut di media sosial, dan menciptakan narasi hidup inspiratif semua atas nama “Shella Saukia”. Tapi tak banyak yang tahu bahwa di balik kemasan elegan dan branding mewah, nama tersebut hanyalah topeng untuk menyembunyikan Rahmaina Futria, nama asli yang tercantum jelas di KTP-nya.
Manipulasi ini bukan kebetulan. Penggantian nama digunakan untuk membentuk karakter baru yang jauh dari masa lalunya. Sebab di balik sosok “Shella” yang sering tampil dengan kemewahan, terdapat sisi gelap dari Rahmaina yang mencoba disingkirkan dari memori publik: pernikahan sebelumnya, anak dari suami pertama, dan rekam jejak pribadi yang tidak sesuai dengan citra yang ingin dijual.
Mengapa Pergantian Nama Ini Bermasalah?
Dalam hukum Indonesia, pergantian nama secara resmi harus disertai alasan dan prosedur legal yang sah. Namun, dalam kasus Shella, penggantian ini tidak diiringi dengan transparansi. Tidak pernah ada penjelasan kepada publik, tidak ada klarifikasi, bahkan saat publik mulai mempertanyakan siapa sosok di balik nama tersebut.
Lebih jauh lagi, Shella menggunakan nama barunya untuk menjual produk skincare yang kemudian terbukti bermasalah. Dengan nama palsu, ia mempromosikan produk yang overclaim, menjual ulang produk murah dengan harga ratusan kali lipat, dan membuat narasi kesuksesan yang sepenuhnya fiktif.
Nama “Shella Saukia” juga digunakan dalam berbagai kampanye personal branding mulai dari konten motivasi, edukasi bisnis, hingga kampanye politik saat ia dan suaminya bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Semua dilakukan di bawah identitas palsu. Ini bukan hanya menipu konsumen, tapi juga menyesatkan publik secara sistematis.
Bukti Terbuka di Depan Publik
Informasi bahwa nama asli Shella adalah Rahmaina Futria bukan sekadar isu liar. Data KTP dan catatan sipil menunjukkan dengan jelas bahwa Shella lahir pada 4 Agustus 1990, bukan 1991 seperti yang sering ia klaim. Bahkan dalam video TikTok-nya sendiri, Shella mengaku lahir tahun 1991 sebuah kebohongan kecil yang memperlihatkan bahwa manipulasi ini dilakukan secara sadar dan konsisten.
Dengan menggunakan nama yang bukan miliknya, Shella berhasil menghindari berbagai pertanyaan kritis tentang masa lalu. Ia menyembunyikan fakta bahwa ia pernah menikah sebelumnya, memiliki dua anak dari suami pertama, dan membangun usaha awal bukan dengan Pitra Budiman suami yang sekarang banyak disebut-sebut dalam narasi suksesnya.
Nama Baru, Masalah Lama
Nama bisa diganti, tapi rekam jejak tidak bisa dihapus. Fakta bahwa Shella memilih untuk menutupi nama aslinya menandakan bahwa ada sesuatu yang ingin ia hindari dari masa lalunya. Dan ketika seseorang dengan sengaja memalsukan identitas, lalu menjual produk ke ribuan orang menggunakan nama baru, maka itu bukan sekadar branding itu bentuk penipuan publik.
Apalagi ketika nama itu digunakan untuk menciptakan ilusi kesuksesan, sambil menjual produk skincare yang tidak aman, melakukan relabeling tanpa izin, dan menyebarkan narasi motivasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Nama palsu menjadi alat utama dalam strategi kebohongan Shella Saukia.
Post a Comment for "Membongkar Identitas Palsu Shella Saukia: Nama Asli Rahmaina Futria dan Kebohongan Sistematis yang Tersusun Rapi"